Segala sesuatu yang hidup memiliki hak hidup, kebutuhan
hidup, daya hidup, potensi hidup --yang satu dengan yang lain berbeda-beda.
Misalnya, kita memelihara seekor kelinci, seekor kucing, seekor anjing dan
seekor kambing, lalu kita beri makan dengan makanan yang sama (semua harus
makan rumput), maka niscaya kucing dan anjing akan mati. Ini menggambarkan
bahwa setiap makhluk hidup memiliki kebutuhan yang berbeda-beda dalam
mempertahankan kehidupannya dan dalam menumbuhkan makna keberadaannya. Dengan
ilustrasi tersebut, kita pun harus peduli terhadap kebutuhan orang lain yang
berbeda-beda pula.
Rasulullah s.a.w. senantiasa melayani kebutuhan umatnya
yang berbeda-beda. Ketika seseorang datang meminta do’a agar ia bisa menjadi
kaya, maka diberikannya do’a supaya ia menjadi kaya. Tetapi, ada seseorang yang
datang meminta do’a agar ia menjadi seorang miskin yang sabar, maka
diberikannya do’a agar ia menjadi seorang
miskin yang sabar.
Kaya dan miskin adalah selera dan hak individu. Karena
itulah Rasulullah s.a.w tidak melarang hak dan kemauan mereka. Seorang sahabat
bernama Utsman Bin Affan memohon kepada Rasulullah s.a.w., “Ya, Rasulullah,
berilah saya do’a agar saya menjadi seorang yang kaya di dunia dan kaya di
akhirat.” Terkejut Rasulullah s.a.w. lalu katanya, “Inilah do’a yang pertama
kali diminta oleh ummatku.” Maka dituntunlah Utsman bin Affan dengan sebuah
do’a sebagaimana yang ia minta. Dalam realitasnya, Ustman bin Affan kita kenal
sebagai salah satu di antara Khulafa
al-Rasyidin yang paling
kaya.
Kesediaan
Rasulullah s.a.w. melayani permintaan umatnya yang berbeda-beda itu, tidak lain
karena beliau menghargai kebutuhan setiap individu yang berbeda-beda pula.
Setiap manusia memiliki ketenangan jiwa dengan cara yang tidak sama. Rasulullah
s.a.w. menghargai perbedaan dan perbedaan-perbedaan itu diresponnya dengan
memberikan do’a-do’a sebagaimana yang mereka inginkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar