Sabtu, 07 Maret 2020

UMMATAN WAHIDATAN


Seseorang yang menempuh perjalanan menuju ridla Allah, dia akan menemukan dirinya sebagai hamba Allah manakala ia melakukan apa yang diperintahkan Allah. Dalam penemuan dirinya itulah dia juga menemukan orang lain sebagai hamba Allah. Dengan demikian, hubungan seseorang dengan orang lain menjadi utuh. Sebuah kesadaran bahwa sesungguhnya kita adalah satu. Dalam citra social harus diarahkan untuk menciptakan keutuhan umat manusia. Inilah yang diimpikan Nabi Ibrahim a.s. untuk menjadikan umat manusia sebagai umat yang satu (Ummatan Wahidatan).
Manusia adalah hamba Allah, apapun agama, ideologi, bahasa dan rasnya. Dari hamba yang baik, suatu ketika akan diangkat Allah menjadi khalifah Tuhan di muka bumi. Maka cita-cita sosial dari seorang hamba Allah adalah menyatukan umat manusia, menganggap umat manusia itu utuh, sependeritaan dan senasib. Ini merupakan penemuan identitas yang paling benar dan mendasar. Hanya dengan demikian, kesejahteraan di atas dapat tercipta, saling memikul beban, mencegah adanya peperangan dan permusuhan.
Bagaimana untuk dapat menciptakan tatanan social yang tunggal? Jawabannnya adalah merujuk pada kesatuan asal usul dengan tidak menyekutukan Tuhan. Tujuannya harus satu, kita jangan terperangkap dalam hal-hal yang menyebabkan perpecahan dalam umat manusia. Kesalahan orang lain justru merupakan medan bagi kita untuk membenahi kesalahannya. Adanya orang yang salah menjadikan yang benar mempunyai makna. Jika tidak ada orang kafir, maka orang mukmin akan menjadi tidak ada manfaat dan maknanya.
Karena umat Islam mempunyai ide untuk menyatukan umat manusia, maka ide itu tidak terealisasi kalau kita sendiri tidak dalam keadaan utuh. Bagaimana kita bisa menyatukan umat manusia bila dalam diri kita masih pecah? Oleh karena itu, konsep rukun Islam harus dipahami secara integral dan filosofis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar